menanggulangi anak yang berbakat tapi tidak beruntung | makalah | pendidikan
Salam semangat sahabat bloger dan para partisipan :) saat ini OMKACILI MAU Berbagi ilmu pengetahuan yang mungkin kawan suka . nah sekarang OMKACILI mau shering mengenai "menangulangi anak yang berbakat tapi tidak beruntung" kalau bahasa MANADO (motangani anak berbakat yang miskin) Tujuan penulisan dari OMKACILI adalah agar supaya kita tidak berpandangan bahwa ANAK BERBAKAT sebenarnya tidak selamahnya di lingkungan ORANG KALANGAN atas alias ORANG ORANG KAYA. bagi para pembaca yang merasa menarik akan tulisan dari OMKACILI ini kirannya bisah kelak nanti MASALAH ini bisa di angkat dalam Penulisan skripsi . next...
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memyadarkan para orang tua, guru, kepala sekolah dan dewan pendidikan bahwa anak yang berbakat dapat ditemukan dari kalangan ekonomi rendah (miskin). Untuk itu kita harus mampu mengidentifikasinya. Menurut Baldwin, 1973; Farrell, 1973; McMillin, 1975, Torrance, 1964b) beberapa sifat dari anak berbakat tidak beruntung berdasarkan tes observasi yang telah dilakukan sebagai berikut;
1. Memiliki kemampuan matematika yang tinggi
2. Memiliki daya ingin tahu
3. Mandiri
4. Senang melakukan sesuatu yang baru
5. Mahir dalam komunikasi non verbal
6. Memiliki daya imanginasi dalam berpikir
7. Fleksibel dalam mengatasi masalah
8. Mudah mempelajari sesuatu
9. mampu mengumpulkan ide dan informasi
10. Senang terus belajar setiap hari
11. Kreatif dalam berpikir
12. Baik dalam merespon media visual
13. Memiliki kemampuan memimpin dalam kelompok
14. Memiliki sikap yang bertanggung jawab
15. Memiliki ketertarikan yang beragam
16. Mampu mengatasi masalah dengan metode yang menarik
17. Memiliki kemampuan enterpreneur
18. Memiliki kemampuan menceritakan hal-hal yang imaginatif
19. Memiliki daya humor yang tinggi
20. Respon terhadap hal yang Konkrit
Kelompok anak berbakat yang tidak beruntung ini dapat dibantu dengan berbagai cara, jika saja para guru yang membantu tersebut menyadari bahwa kebutuhan dari anak tersebut berbeda dengan anak yang lainnya. Menjadi sangat tidak adil memperlakukan anak berbakat yang tidak beruntung sama dengan akan berbakat yang beruntung (dari keluarga kaya). Fierson (1995) menunjukan bahwa ada pebedaan pada sikap dan kebutuhan tertentu pada anak yang berbakat tidak beruntung, meskipun secara fisik atau performance mereka secara umum sama, bahkan dengan anak rata-rata (tidak berbakat) lainya. Perbedaan sikap dan kebutuhan tersebut terletak pada kuantitas dan kualitas dari bacaan mereka, kesadaran mereka untuk sekolah yang lebih tinggi, sikap yang positif mengenai sekolah, dan rendahnya rasa kompetisi mereka dalam pertandingan olah raga. Fierson juga menemukan bahawa anak berbakat tidak beruntung yang telah mendapat treatmen dalam program khusus memiliki perbedaan sikap dalam hal proses pencapaian prestasi, sikap, dan aspirasinya dari pada anak berbakat yang tidak beruntung tapi tidak diberikan treatment, saat mereka mencapai hasil yang tinggi. Hal itu ditemukan oleh Houston (Goodall, 1972) saat ia mentes siswa untuk menceritakan kembali apa yang telah diterangkan, anak berbakat yang tidak kaya memiliki keakuratan cerita yang lebih baik dari pada nak rata-rata lainnya.
Pola Keluarga
Rohrer dan Edmonson (1960) mengatakan bahwa struktur keluarga dan nilai-nilai yang tertanam dalam keluaraga kaya dan miskin itu berbeda. Ada 4 jenis struktur keluarga; Keluarga menengah, Matriakat, Gang (marga), dan keluarga inti. Pada keluarga menengah, pendidikan merupakan aspek yang penting dalam hidup. Sementara bagi keluarga yang miskin (ekonomi rendah), nilai nilai agama, keluarga, politik, dan hubungan kedekatan adalah aspek yang penting dalam hidup. Sementara pada pola matriakat, dimana perempuan memiliki peran yang besar dalam keluarga, sering menciptakan situasi yang tidak kondusif dalam perkembangan intelektual, dan kebebasan berpikir. Sementara pada keluaraga kelompok gang, kehidupan maskulin, loyalitas merupkan salah satu aspek penting dalam hidup.
Memahami Perbedaan
Sisk (1973) menyatakan bahwa perbedaan yang paling serius dari anak-anak berbakat tersebut adalah pada fungsi kognitifnya (seperti pengetahuan untuk mengobservasi, menguasai keadaan, memahami hubungan sebab dan akibat, dan mengkategorisasikan); kemampuan berbahasanya (memiliki keterbatasan kosa kata dan tata bahasa yang tidak teratur); dan bacaan. Sisk menytakan bahwa variasai dalam merespon tersebut terjadi terkait dengan motivasi indiviualnya dan kemampuan orang dewasa menjadi mediator dalam membantu anak-anak mengembangkan konsep hasil interpretasi yang ia dapatkan dari lingkungannya (p.5). Baldwin (1973) menyatakan bahwa anak berbakat tidak beruntung jarang mendapatkan buku atau majalah di rumahnya (P.11).
Intervensi
Renzulli (1973c) percaya bahwa ada dua hal penting dalam melakukan intervensi; Karekteristik guru dan kurikulum yang relevan. Guru harus menikmati bekerja dengan anak berbakat tapi kurang beruntung ini dan mengalami kepuasaan pribadi atas pencapaian prestasi dan setipa perkembangan dari program untuk menjadi sukses. Douglass (1969) mengajukan 4 point elemen yang termasuk dalam intervensi ini;
1. Sistem pendidikan yang lebih fleksibel
2. Mulai lebih awal dalam menghindari pembatasan perkembangan intelektual dan sosialisasi
3. Memberikan pengalaman yang berbeda dari yang biasa dia ketahui seperti gaji yang rendah dan kerja keras sebagaimna yang sering dilakukan oleh orang tuanya.
4. Sistem pendidikan yang lebih terbuka, bebas, dan universal.
Edmonds (1980) percaya bahwa sekolah dapat menjadi jawaban dari pembatasan yang didapatkan dari budaya yang dinaut oleh orang tua. Edmonds dan teman dari Harvardnya telah mengidentifikasi 5 elemen sebagai kunci kesuksesan sekolah di daerah urban; yaitu, kepemimpinan sekolah, Bagaimna guru dapat mengerti apa yang diharapkan oleh siswa dan orang tua, dan bagaimna pihak administrasi pendidikan menggunakan tes tersatandar. Setelah ia menghasilkan assesmen yang dibutuhkan, edmond project akanmampu membawanya kepada 5 elemen menuju kesukses di atas.
Torrance (1977) menmbuat beberapa program yang akanm edekatkan para anak yang berbakat tapi tidak beruntung untuk menemui kebutuhan-kebutuhannya;
1. Kurikulum harus didisain untuk memasukan kekuatan-kekuatan tertentu dari para siswa
2. lemahnya ekonomi kelaurga bukan menjadi alasan dan harus dihindari.
3. Memberikan kesempatan kepada anak-anak ini untuk berkembang
4. Mendapatkan kemudahan mengakses informasi dan sumber-sumber belajar
5. Kelas harus diorganisasikan menjadi kelompok-kelaompok kecil dan tim
6. Mentor dan sponsor harus dikembangkan untu mendukung ini.
Dengan memperhatikan kekuatan-kekuatan dan kebutuhan-kebutuhan khusus dari anak berbakat tidak beruntung ini akan menghasilkan anak-anak memiliki kesempatan berkembang dengan segala bakat yang dimilikinya.
Comments
Post a Comment