Sarjana Mendidik di daerah 3T, SM3T Awal Karir
Setelah
menggenggam ijazah sarjana, saya hanya memiliki satu tekad; ingin mengabdikan
diri di tempat yang tepat sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki.
Keinginan
itu terwujud, ketika adanya program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia yang di
selengarakan oleh Kementerian Pendidikan
Nasional dalam rangka
percepatan
pembangunan pendidikan di daerah 3T.
Program Nasional yakni Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal
(SM-3T). Melalui LPTK penyelenggara Universitas Negeri Manado (UNIMA), kamipun
diberi kesempatan untuk mendaftarkan diri sebagai calon sarjana mendidik di
daerah 3 T. Program SM-3T dimaksud
untuk membantu
mengatasi kekurangan guru,
sekaligus mempersiapkan calon guru profesional yang tangguh,
mandiri, dan
memiliki sikap peduli terhadap sesama, serta
memiliki jiwa untuk mencerdaskan
anak
bangsa.
Melalui program tersebut, saya tahu tugas pengabdian ini, tidak memungkinkan
untuk mengharapkan imbalan gaji yang besar. Justru sebaliknya, saya dituntut
untuk memiliki rasa pengabdian yang tinggi.
Perlahan tapi pasti, dengan
ketulusan hati, saya diterima sebagai Sarjana Mendidik di daerah 3 T, dan
langsung direkomendasikan mengikuti serangkaian kegiatan prakondisi yang
dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara UNIMA dengan Pola 120 JP (lebih kurang
12 hari) untuk membekali kesiapan mental, fisik, akademik dan ketahanmalangan.
Dua
belas hari kita diberi pembekalan, kini lokasi untuk daerah sasaran
masing-masing anggota SM-3T diinformasikan. Ada sedikit keragu-raguan dan ketidak
sanggupan, karena mengingat LPTK penyelenggara UNIMA mendapat penempatan di
daerah sasaran provinsi Nusa Tenggara Timur tesebar di tiga kabupaten yakni
Sumba, Larantuka, dan Manggarai Timur. Lokasi-lokasi yang menjadi
daerah sasaran secara geografis adalah daerah yang cukup jauh dari tempat kita
tinggal, dan jujur saja ini adalah pertama kalinya saya akan menginjak tanah
rantau.
Sebagai
guru anak-anak berkebutuhan khusus saya di tempatkan ke Kab. Manggarai Timur
dan jika disesuaikan dengan prakondisi saat pengenalan daerah Manggarai Timur,
digolongkan tempat yang kaya akan kepedulian terhadap sesama, masyarakat yang ramah,
saling menghormati, dan menghargai kehadiran sesosok Guru. “Tapi saya
berprinsip bahwa dimanapun kita berada, jika kita membawa diri dengan prilaku
yang sewajarnya, kita tidak akan diabaikan apalagi dipersalahkan”.
Ada
sedikit kelegahan dalam hati ini, mengingat dalam perantauan di tanah orang
apapun kondisinya tapi satu etika budaya yang begitu kental, itu sudah sangat
memberi ketenangan.
Terkadang
di tengah kesunyian malam hari menjelang tidur, saya merenung hakikat kehidupan
yang penuh warna, problema sekaligus tantangan, sering terfikir “Apakah saya
sanggup ? bisakah saya bertahan ? dan dapatkah saya membawa perubahan ?”.
klik di sini jika akan di prin!
Comments
Post a Comment